Mengunyah sirih atau lazim disebut sebagai nginang nampaknya bukan hal yang asing di daerah pedesaan Jawa. Para orang tua masih banyak yang melakukan kegiatan ini karena dianggap sudah turun temurun. Siapa sangka kegiatan menginang ini dilakukan di daerah lain juga? Beberapa negara di benua Asia juga melakukan kebiasaan ini. Bahkan sampai ke kepulauan di Irlandia dan Inggris.
Di Jawa, kegiatan menyirih biasanya dilakukan selama kurang lebih 30 menit. Umumnya komposisi menyirih menggunakan bahan-bahan seperti daun sirih, buah pinang, kapur sirih, gambir dan kapulaga. Bisa juga ditambahkan cengkeh atau kayu manis. Tembakau digunakan sebagai susur dan tidak dimasukkan dalam campuran yang untuk dikunyah.
budaya menyirih atau menginang di kalangan orang-orang tua
Para pengunyah sirih percaya bahwa kebiasaan tersebut mampu memperkuat gigi dan gusi dan mampu menyegarkan nafas. Bahkan beberapa orang mempercayai bisa sebagai obat untuk saluran pernafasan dan mampu melawan berbagai penyakit di rongga mulut. Benarkah menginang memiliki efek postif untuk kesehatan rongga mulut? Mari kita lihat dari masing-masing bahan dasar dan efek dari zat yang dikandungnya.
Daun sirih
daun sirih
Positif: Daun sirih mengandung minyak atsiri yang memiliki kemampuan membunuh bakteri sehingga dapat menghilangkan adanya infeksi. Zat lain yang terkandung dalam daun sirih juga dilaporkan mampu berkhasiat sebagai antiseptik dan penghilang nyeri. Daya antibakteri pada daun sirih juga mampu mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab gigi berlubang. Daun sirih juga memiliki sifat mampu mengerutkan jaringan sehingga mampu mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan.
Negatif: karena memiliki efek mengerutkan jaringan, pada kondisi tetentu justru akan menyebabkan keringnya rongga mulut, sariawan dan mengerutnya papila lidah sehingga fungsi indera pengecap akan menurun.
Buah pinang
buah pinang
Positif: Zat yang tekandung di dalam buah pinang tenyata mampu memberikan rangsangan pada sistem saraf pusat dan jika dikombinasikan dengan daun sirih akan menimbulkan efek euforia ringan. Selain itu biji pinang mampu mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan sama seperti daun sirih.
Negatif: buah pinang akan berubah warna menjadi merah jika berada dalam lingkungan basa seperti pada lingkungan mulut orang-orang yang mengunyah bahan-bahan menyirih. Pewarnaan ini akan membuat pewarnaan pada seluruh rongga mulut dan kebersihan mulut juga akan memburuk. Zat yang terdapat dalam biji pinang ternyata memiliki kemampuan untuk menyebabkan tumor. Efek pengkerutan jaringan akan sama dengan efek pada daun sirih.
Kapur
kapur sirih
Positif: Kapur yang digunakan untuk jika dicampur dengan air akan memberikan efek penetral terhadap zat asam yang dihasilkan bakteri.
Negatif: kapur memiliki komponen bahan yang sifatnya mampu mengikis permukaan gigi. Menjadikan lapisan pelindung gigi menjadi menipis. Kapur yang digunakan untuk menginang akan tertahan di rongga mulut selama berjam-jam hingga akhirnya mengendap dan pembentukan karang gigi akan lebih cepat. Karang gigi yang menimbun di daerah celah gusi akan menyebabkan peradangan pada gusi dan jaringan pendukung pada gigi. Jika dibiarkan tanpa adanya perawatan, gigi akan goyah dan tanggal dengan sendirinya.
Gambir
gambir
Positif: Dari zat yang dikandungnya, gambir memiliki khasiat sebagai obat mencret, perut mulas, radang tenggorokan, batuk dan disentri. Sama seperti daun sirih dan pinang, gambir juga mampu mengerutkan jaringan sehingga mampu mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan.
Negatif: sama seperti kapur, gambir juga bersifat mampu mengikis permukaan gigi. Efek pengkerutan jaringan akan sama dengan efek pada pinang dan daun sirih.
KESIMPULAN
Dengan memperhatikan efek dari setiap bahan, maka hendaknya kita tidak melihat kegiatan menyirih dari satu sisi akibatnya saja. Apalagi hanya meyakini akibat positif tanpa diimbangi efek negatifnya. Meski kandungan zat-zat tersebut memiliki efek positif, nyatanya banyak juga efek negatif yang bisa dibilang cukup serius dan memerlukan perhatian yang lebih serius.
Sumber:
- Anonim, 2004, Sirih, http://www.pnm.my/sirih_pinang/sp.sirih.htm
- Suproyo, H. 1985, Pemeriksaan mikrobiologis saku gusi dan penyakit periodontal pada pengunyah sirih, Kongres Nasional XVI PDGI, Bali, h. 76-81.
- Anonim, 2004, Daun sejuta khasiat, http://www.kampus.com/kampus_cetak/0312/19/ jendela/755332.htm.
- Anonim, 2004, Daun sirih sebagai antibakteri pasta gigi, http://www.pikiranrakyat.com /cetak/0603/01/1001.htm.
- Budiharto, 1989, Efektivitas pengobatan sariawan dengan menggunakan daun saga dan daun sirih. Jakarta, h. 287-9.
- Schuurs, A. H. B., Patologi gigi geligi, Gadjahmada University Press, Yogyakarta, h. 220, 230, 269.
- Lu, C.t., Lan, S. J., Hsieh, C. C., Yang, M. J., Ko Y. C., Tsai, C. C. Yen, Y. Y., 1993, Prevalence and characteristics of areca nut chewers among junior high school student in Changhua country, Taiwan.
- Anonim, 2005, Arecoline, http://www.omikrononline.de/cyberchem/cheminfo/arecoline.htm.
- Mostehy, M. R. E., Al-Jassem, A. A. El Mahmed B. E., 2005, Oral submucous fibrosis review and case report, The Saudi Dental Journal, h. 60-4