Archive for the ‘Kebiasaan’ Category

Ada hubungan yang sangat jelas antara kecemasan ibu dengan tingkah laku anak selama perawatan gigi. Biasanya seorang ibu memiliki perasaan cemas terhadap anaknya terutama bila anaknya akan menghadapi suatu hal yang baru pertama kali dialaminya, demikian pula bila anaknya akan mendapat perawatan gigi.

Kecemasan sang ibu adalah penyebab awal anak tidak berani periksa ke dokter gigi

Pada kunjungan pertama ibu telihat lebih cemas daripada anaknya sendiri, terutama bagi ibu-ibu yang belum pernah mendapatkan perawatan gigi. Dengan alasan tersebut, umumnya ibu akan menyertai anaknya ketika akan dirawata giginya. Segala tingkah laku ibu yang didasari rasa cemas sering terlihat dari wajah ibu tersebut. Hal ini akan menyebabkan kegelisahan pada diri anak sehingga dapat menganggu pelaksanaan dalam perawatan gigi. Kecemasan ibu dapat menyebabkan anak tidak kooperatif pada perawatan gigi.

Anak menjadi ketakutan

Dan tidak kooperatif

Pada kelompok umur 3-5 tahun hubungan antara rasa cemas ibu dengan tingkah laku anak pada perawatan gigi terlihat begitu nyata tetapi tidak demikian halnya pada anak di atas usia 5 tahun. Rasa cemas ibu mempengaruhi anak melalui modeling atau berbagai bentuk komunikasi. Pengaruh rasa cemas ibu terhadap anak dapat terlihat sebagai contoh berikut: seorang ibu berusaha menenangkan anaknya ketika berada di klinik tetapi efek yang terbentuk justru berlawanan karena melalui komunikasi, anak dapat mencoba membaca tanda-tanda yang menunjukkan kecemasan ibu.

Solusi:

Kecemasan ibu memberikan pengaruh besar kepada anak. Maka dari itu, solusinya harus berfokus pada penghilangan kecemasan pada si ibu terlebih dahulu. Hal ini bisa dicapai dengan keaktifan ibu dalam mencari informasi yang benar tentang kesehatan gigi dan prosedur perawatan gigi karena pada dasarnya kecemasan itu muncul karena kurangnya informasi tersebut. Si ibu bisa mengunjungi dokter gigi tanpa mengajak anak untuk berkonsultasi dan mendapatkan informasi selengkapnya langsung dari doketrnya. Setelah dirasa cukup jelas dan kecemasan ibu berkurang, ibu bisa mengajak anaknya untuk dilakukan pemeriksaan dan perawatan.

perawatan gigi anak idealnya seperti ini, tidak ada rasa takut dan anak menjadi penurut

 

[Disarikan dari skripsi yang berjudul: Pengaruh Rasa Cemas Ibu Terhadap Tingkah Laku Anak Waktu Perawatan Gigi (2003) oleh Juanda, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan]

Mengunyah sirih atau lazim disebut sebagai nginang nampaknya bukan hal yang asing di daerah pedesaan Jawa. Para orang tua masih banyak yang melakukan kegiatan ini karena dianggap sudah turun temurun. Siapa sangka kegiatan menginang ini dilakukan di daerah lain juga? Beberapa negara di benua Asia juga melakukan kebiasaan ini. Bahkan sampai ke kepulauan di Irlandia dan Inggris.

Di Jawa, kegiatan menyirih biasanya dilakukan selama kurang lebih 30 menit. Umumnya komposisi menyirih menggunakan bahan-bahan seperti daun sirih, buah pinang, kapur sirih, gambir dan kapulaga. Bisa juga ditambahkan cengkeh atau kayu manis. Tembakau digunakan sebagai susur dan tidak dimasukkan dalam campuran yang untuk dikunyah.

budaya menyirih atau menginang di kalangan orang-orang tua

Para pengunyah sirih percaya bahwa kebiasaan tersebut mampu memperkuat gigi dan gusi dan mampu menyegarkan nafas. Bahkan beberapa orang mempercayai bisa sebagai obat untuk saluran pernafasan dan mampu melawan berbagai penyakit di rongga mulut. Benarkah menginang memiliki efek postif untuk kesehatan rongga mulut? Mari kita lihat dari masing-masing bahan dasar dan efek dari zat yang dikandungnya.

Daun sirih

daun sirih

Positif: Daun sirih mengandung minyak atsiri yang memiliki kemampuan membunuh bakteri sehingga dapat menghilangkan adanya infeksi. Zat lain yang terkandung dalam daun sirih juga dilaporkan mampu berkhasiat sebagai antiseptik dan penghilang nyeri. Daya antibakteri pada daun sirih juga mampu mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab gigi berlubang. Daun sirih juga memiliki sifat mampu mengerutkan jaringan sehingga  mampu mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan.

Negatif: karena memiliki efek mengerutkan jaringan, pada kondisi tetentu justru akan menyebabkan keringnya rongga mulut, sariawan dan mengerutnya papila lidah sehingga fungsi indera pengecap akan menurun.

Buah pinang

buah pinang

Positif: Zat yang tekandung di dalam buah pinang tenyata mampu memberikan rangsangan pada sistem saraf pusat dan jika dikombinasikan dengan daun sirih akan menimbulkan efek euforia ringan. Selain itu biji pinang mampu mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan sama seperti daun sirih.

Negatif: buah pinang akan berubah warna menjadi merah jika berada dalam lingkungan basa seperti pada lingkungan mulut orang-orang yang mengunyah bahan-bahan menyirih. Pewarnaan ini akan membuat pewarnaan pada seluruh rongga mulut dan kebersihan mulut juga akan memburuk. Zat yang terdapat dalam biji pinang ternyata memiliki kemampuan untuk menyebabkan tumor. Efek pengkerutan jaringan akan sama dengan efek pada daun sirih.

Kapur

kapur sirih

Positif: Kapur yang digunakan untuk jika dicampur dengan air akan memberikan efek penetral terhadap zat asam yang dihasilkan bakteri.

Negatif: kapur memiliki komponen bahan yang sifatnya mampu mengikis permukaan gigi. Menjadikan lapisan pelindung gigi menjadi menipis. Kapur yang digunakan untuk menginang akan tertahan di rongga mulut selama berjam-jam hingga akhirnya mengendap dan pembentukan karang gigi akan lebih cepat. Karang gigi yang menimbun di daerah celah gusi akan menyebabkan peradangan pada gusi dan jaringan pendukung pada gigi. Jika dibiarkan tanpa adanya perawatan, gigi akan goyah dan tanggal dengan sendirinya.

Gambir

gambir

Positif: Dari zat yang dikandungnya, gambir memiliki khasiat sebagai obat mencret, perut mulas, radang tenggorokan, batuk dan disentri. Sama seperti daun sirih dan pinang, gambir juga mampu mengerutkan jaringan sehingga mampu mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan.

Negatif: sama seperti kapur, gambir juga bersifat mampu mengikis permukaan gigi. Efek pengkerutan jaringan akan sama dengan efek pada pinang dan daun sirih.

KESIMPULAN

Dengan memperhatikan efek dari setiap bahan, maka hendaknya kita tidak melihat kegiatan menyirih dari satu sisi akibatnya saja. Apalagi hanya meyakini akibat positif tanpa diimbangi efek negatifnya. Meski kandungan zat-zat tersebut memiliki efek positif, nyatanya banyak juga efek negatif yang bisa dibilang cukup serius dan memerlukan perhatian yang lebih serius.

Sumber:

  • Anonim, 2004, Sirih, http://www.pnm.my/sirih_pinang/sp.sirih.htm
  • Suproyo, H. 1985, Pemeriksaan mikrobiologis saku gusi dan penyakit periodontal pada pengunyah sirih, Kongres Nasional XVI PDGI, Bali, h. 76-81.
  • Anonim, 2004, Daun sejuta khasiat, http://www.kampus.com/kampus_cetak/0312/19/ jendela/755332.htm.
  • Anonim, 2004, Daun sirih sebagai antibakteri pasta gigi, http://www.pikiranrakyat.com /cetak/0603/01/1001.htm.
  • Budiharto, 1989, Efektivitas pengobatan sariawan dengan menggunakan daun saga dan daun sirih. Jakarta, h. 287-9.
  • Schuurs, A. H. B., Patologi gigi geligi, Gadjahmada University Press, Yogyakarta, h. 220, 230, 269.
  • Lu, C.t., Lan, S. J., Hsieh, C. C., Yang, M. J., Ko Y. C., Tsai, C. C. Yen, Y. Y., 1993, Prevalence and characteristics of areca nut chewers among junior high school student in Changhua country, Taiwan.
  • Anonim, 2005, Arecoline, http://www.omikrononline.de/cyberchem/cheminfo/arecoline.htm.
  • Mostehy, M. R. E., Al-Jassem, A. A. El Mahmed B. E., 2005, Oral submucous fibrosis review and case report, The Saudi Dental Journal, h. 60-4